Wafatnya Eyang Hasan Maolani

Wafatnya Eyang Hasan Maolani Lengkong Kuningan

Artikel diperbarui April 2020

Sejak pertama kalinya Eyang Hasan keluar dari Lengkong, di tawan oleh kompeni pada tahun 1257 Hijriyah. Hingga kepindahannya ke tempat pengasingan yang terakhir praktis tidak ada kontak dengan pihak keluarga. Pihak keluarga di Lengkong merasa kebingungan dan tidak tahu apakah Eyang Hasan masih hidup atau sudah meninggal dunia. Baru pada pertengahan tahun 1270 Hijriyah (13 tahun kemudian) datanglah surat dari Menado yang mengabarkan bahwa beliau Eyang Hasan masih hidup dan dalam keadaan sehat walafiat. Dalam surat tersebut Eyang Hasan juga menjelaskan segala kejadian yang menimpa dirinya sejak pertama kali beliau di tawan oleh Belanda hingga dipindahkannya ke tempat pengasingan yang terakhir.

Baca Juga :
1. Otobiografi Eyang Hasan Maolani Dari Lengkong Ke Menado
2. Kelahiran dan Nasab Eyang Hasan Maolani
3. Masa Kecil Eyang Hasan Maolani

Sejak saat itu terjadilah surat menyurat diantara Eyang Hasan di Menado dengan pihak keluarga di Lengkong. Kedua belah pihak saling mengabarkan serta menanyakan keadaan masing-masing. Khususnya dari pihak keluarga, kebanyakan isi surat berupa nasehat-nasehat dan wejangan untuk anak cucu dan para pengikutnya. Karena surat-surat dari menado tersebut dianggap sangat berharga, maka pihak keluarga berinisiatif untuk mengarsipkannya dan masing-masing membuat salinannya. Surat-surat dari menado itulah yang dikemudian hari di anggap sebagai surat amanat. Dalam lembaran terakhir dari surat amanat tersebut bahkan tertulis :

" He, sakabeh anak-putu ningsun, lanang-wadon ! Sira sakabeh supaya pada sering-sering naringali pitutur isun iki, karna isun ora bisa aweh apa-apa amung iki surat minangka dadi pangeling-ngeling maring sakabeh anak-putu. Wallahu a'lam. "

Jika di terjemahkan :

Baca Juga :
4. Masa Belajar Eyang Hasan Maolani
5. Kehidupan Dan Gerakan Dakwah Eyang Hasan Maolani

("Wahai segenap anak-cucuku, laki-laki maupun perempuan, kalian semua hendaknya sering melihat-lihat nasehatku ini, karena aku tidak bisa memberi apa-apa kepada kalian selain surat ini. Semoga dapat menjadi peringatan bagi sekalian ana-cucu. Wallahu a'lam")

Surat menyurat antara pihak keluarga dengan Eyang Hasan hanya berjalan selama satu tahun lebih, terhitung antara tahun 1270 - 1271 Hijriyah / 1853 - 1854 Masehi. Untuk selanjutnya sama sekali tidak pernah ada surat yang datang dari Menado. Hal itu di karenakan semakin ketatnya pengawasan pihak kompeni terhadap semua tahanan. Surat terakhir yang datang dari Menado hanyalah berupa kabar mengenai wafatnya Eyang Hasan. Surat tersebut tertanggal 4 Mei 1974 dan di tanda tangani oleh 3 orang tetua Kampung Jawa, yaitu ;

1. Wangsa Taruna
2. Tuan Pangeran Suryaningrat, dan
3. Kepala kampung Hasan Ghazali

Baca Juga :
6. Di Tawan Dan Di Asingkannya Eyang Hasan Maolani Ke Menado Oleh Kolonial Belanda
7. Wafatnya Eyang Hasan Maolani

Eyang Hasan Maolani wafat pada malam Rabu pukul 04.00 pagi (menjelang shubuh) tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 1291 Hijriyah / 30 April 1874 Masehi. Eyang Hasan dimakamkan di Gunung Patar Kempal Kampung Jawa Tondano Sulawesi Utara. Makam beliau bersebelahan dengan makam Kyai Mojo, seorang Pahlawan Nasional yang juga merupakan mantan Panglima Perang Diponegoro.

Penutup

Wassalamualaikum wr. wb.

al-Faqir Abu Abdillah Hadziq

Semoga Bermanfaat 😊
nimdA Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Belum ada Komentar untuk "Wafatnya Eyang Hasan Maolani"

Posting Komentar

Terimakasih telah memberikan komentar.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel